sebentar lagi tahun ini akan pergi seperti tahun tahun kemarin di pondok lestari kotak kotak memori bertumpuk tumpuk tak berlabel tak diselotip rumah tak bertuan tak bertamu piring piring tengkurap di dapur tapi ruang tamuku masih seperti tahun lalu ada sepasang lilin wangi, satu pernah dicium api kembang api terburai burai jaemanis digendong oom doni, hup! sebentar lagi alna datang hanya malam ini tante tante oom oom bermain seperti anak anak kecil terompet toet toet sorak sorai pecah di balkon berdiri empat orang saja sekarang nenek, ayah, ibu dan anak di pondok lestari dulu kita disebut apa? dua anak perempuan memanjat pohon di halaman sebuah rumah di pinggir rel stasiun cilebut bagai peri peri dari negeri tanpa waktu kereta ini melesat begitu saja hari hari tak bertanggal pergi berlibur menyulam yang telah lewat dengan yang belum terjadi di mana aku di antara benang dan jarum di dalam kotak kotak bertempelkan post-it notes di dalam buku buku panduan pindahan dan bagaimana hidup dengan pasangan yang sedang sakit atau krim yang menempel di tanganku di kota yang dulu pernah disebut buitenzorg sudah sampai belum? gambar gambar tak bersuara orang orang tak bersuara wajah wajah di kaca spion kendaraan kendaraan di jendela toko anak kecil bertanya ada berapa titik hujan di kaca jendela mobil sambil melambai pada lampu carrefour yang mengabur
buku
(sebentar lagi tahun ini akan pergi – versi 2)
dua anak perempuan memanjat pohon di halaman sebuah rumah di pinggir rel stasiun cilebut bagai peri peri dari negeri tanpa waktu kereta ini melesat begitu saja hari hari tak bertanggal pergi berlibur menyulam yang telah lewat dengan yang belum terjadi di mana aku di antara benang dan jarum di dalam kotak kotak bertempelkan post-it notes di dalam buku buku panduan pindahan dan bagaimana hidup dengan pasangan yang sedang sakit atau krim yang menempel di tanganku di kota yang dulu pernah disebut buitenzorg dulu kita disebut apa? sebentar lagi tahun ini akan pergi seperti tahun tahun kemarin di pondok lestari kotak kotak memori bertumpuk tumpuk tak berlabel tak diselotip rumah tak bertuan tak bertamu piring piring tengkurap di dapur tapi ruang tamuku masih seperti tahun lalu ada sepasang lilin wangi, satu pernah dicium api kembang api terburai burai jaemanis digendong oom doni, hup! sebentar lagi alna datang hanya malam ini tante tante oom oom bermain seperti anak anak kecil terompet toet toet sorak sorai pecah di balkon berdiri empat orang saja sekarang nenek, ayah, ibu dan anak di pondok lestari dulu kita disebut apa? gambar gambar tak bersuara orang orang tak bersuara wajah wajah di kaca spion kendaraan kendaraan di jendela toko anak kecil bertanya ada berapa titik hujan di kaca jendela mobil sambil melambai pada lampu carrefour yang mengabur
kertas kertas menumpuk di atas meja
selembar demi selembar masuk ke dalam mesin penghancur kertas
aku memang ingin membuat kehancuran
sambil mengisi tabel perbandingan harga sayur mayur
jangan sampai kau membayar lebih mahal
ibu rumah tangga yang baik harus bijaksana membelanjakan gaji suami
buku buku yang tak selesai dibaca berdebu di pojok kamar
bukan salah siapa siapa selain diri sendiri
mana obat tetes mata dan krim pelembab
saatnya tidur pakai daster tua
kita lanjutkan lagi besok pagi
mesin penghancur kertas terdengar begitu teratur
mendengkur di dalam telinga
pilih sendiri petualanganmu
1
rokok telah menjadi puntung. ujungnya meninggalkan kerlip. seperti lampu yang tertangkap bola matamu. sementara vokalis band yang setengah mabuk tak jera berharap bisa mengulang keberhasilan bob marley. padahal penonton tak terlalu peduli selama gelas mereka tetap penuh.
2
untungnya kamar kecil masih sepi. belum anyir dengan bau muntah. sehingga masih ada cukup ruang untuk sepotong cerita. tentang lelaki yang kemarin menciummu. tanpa alasan.
3
cermin selalu mengulang kebenaran yang menyakitkan. tak heran tempat seperti ini selalu temaram. yah, setidaknya untuk sementara kenyataan sesuai harapan. keragu-raguan boleh pulang lebih dulu. sikat gigi dan cuci kaki. seperti anak yang dengar-dengaran.
4
bisikmu masih meninggalkan gaduh, sayang.
5
dan malam terus menawarkan pilihan. yang satu pasti lebih menyenangkan dari yang lain. tubuh-tubuh harum dan mulut-mulut beraroma bir selalu haus petualangan baru. karena semua ini soal gairah. dan gairah juga soal pilihan.
6
andaikan ini serial anak-anak kegemaranmu. setiap akhir bisa dikunjungi tanpa sesal. keingintahuan begitu mudah terpenuhi. semudah membalikkan kertas. kalaupun harus mati, itu hanya untuk sementara. setelah itu beli lagi buku terbaru.
7
gelas-gelas masih menggantung di atas bar. band malam ini mungkin masih sibuk memilih kacamata hitam yang akan melindungi mereka dari wajah-wajah jenuh penonton. matamu pun masih rapat tertutup. bersiap untuk kilap dalam gelap. dan rokok belum menjadi puntung.
8
ke mana kita malam ini?
– diambil dari sini –