siang itu terik sekali di cikini
bayang bayang daun melambai lambai di trotoar

senyum anak kecil menempel di kaca kafe
tangannya bergerak gerak memberi tanda
ada sesuatu yang akan terjadi

di balik kaca aku menyembunyikan jari jariku
mengetuk ngetuk dudukan sofa berkain merah
tak bisa memutuskan, membuka atau menangkal
air bah yang akan keluar

aku mensyukuri sekaligus mengutuk kaca itu
anak kecil lompat lompat bermain engklek
angin berhembus meniup rambutnya
tapi tawanya tak terdengar dari balik sini

terik sekali di luar,
sayang,

di dalam tak ada perisai bagi gelombang air yang menerobos masuk
menyapu bangku dan meja dan gelas gelas kopi dan piring piring dan toples toples dan
tubuhku mengambang sampai ke langit langit

pagi-pagi suaminya berangkat ke kantor. ia berangkat ke kamar mandi,
mengambil cucian kotor lalu menyortirnya.
pakaian berwarna putih, hitam, terang dan gelap.
yang tumpukannya paling banyak akan dicuci duluan.
kalau sampai memenuhi drum mesin cuci, gunakan 2 tutup deterjen.
ini pekerjaan yang harus dilakukan dengan serius. karena kalau sudah jongkok akan sulit untuk berdiri lagi
dan jongkok kembali.

ia teringat beberapa hari lalu. waktu itu ia sedang di becak bersama anaknya, dalam perjalanan ke sekolah. sudah beberapa hari telinganya budek karena pileknya belum juga selesai. dan suara kendaraan lain yang melesat begitu cepat di sekitar mereka atau membunyikan klakson luar biasa keras membuatnya semakin sulit mendengar suara-suara lain. suara-suara yang lebih enak untuk didengar. ia melihat mulut anaknya dan tangan-tangan mungilnya bergerak-gerak ke sana kemari. dia memang senang bercerita tentang apa saja yang sedang dilihatnya. atau mungkin dia sedang bernyanyi-nyanyi sendiri. ia tersenyum dan membelai kepala anaknya yang besar seperti kepalanya dan suaminya. tapi ia juga tidak ingin berada di becak ini setiap hari. tapi lalu anaknya menoleh dan tersenyum.

senyum adalah perkara yang serius,
katanya sambil mengamati kemeja dan beha berputar-putar di balik pintu mesin cuci.
sebuah senyuman yang begitu polos, sederhana sehingga begitu berharga dan tak mungkin akan ia lupakan sampai ia mati nanti,
telah dibayar dengan pagi-pagi seperti ini.

kertas kertas menumpuk di atas meja
selembar demi selembar masuk ke dalam mesin penghancur kertas

aku memang ingin membuat kehancuran
sambil mengisi tabel perbandingan harga sayur mayur

jangan sampai kau membayar lebih mahal
ibu rumah tangga yang baik harus bijaksana membelanjakan gaji suami

buku buku yang tak selesai dibaca berdebu di pojok kamar
bukan salah siapa siapa selain diri sendiri

mana obat tetes mata dan krim pelembab
saatnya tidur pakai daster tua

kita lanjutkan lagi besok pagi
mesin penghancur kertas terdengar begitu teratur

mendengkur di dalam telinga

tengah malam terjaga dan terpaksa ke kamar mandi
ada suara renyah anakku bertanya kepada mbaknya
nanti habis makan jae nonton dulu ditemenin mbak
terus kalau mama sudah selesai masak mama ceritain jae
ya kan mbak?

di samping toilet ada bungkus shampoo
belum seluruh isinya dipindahkan ke botol

air mengucur dari keran membuatku kaget
suatu hari nanti aku tidak akan lagi membelikanmu shampoo

buru-buru aku kembali ke ranjang masuk ke dalam selimut
suatu hari nanti aku bahkan tidak akan mengerti apa yang kau katakan
nanti habis makan jae nonton dulu ditemenin mbak
terus kalau mama sudah selesai masak mama ceritain jae
ya kan mbak?

anakku bergerak-gerak di sebelah,
kakinya mendarat di atas perutku

ada perasaan yang akan hilang,
ada juga yang terus berulang

ini bukan kesedihan yang tak kuketahui namanya
tapi di antara mimpi-mimpi yang terputus,
tengah malam terjaga dan terpaksa ke kamar mandi,
malam ini tiba-tiba terasa terlalu tenang
ya kan ma?

di hari kenaikan kelas yang gembira ini,
lagu-lagu bersemangat keluar dari speaker.
bapak-bapak ibu-ibu duduk rapi di kursi yang berjejer.
ada yang sesekali mengecek jualan tas kw di grup bbm,
berbisik-bisik di telepon genggam memundurkan jadwal ketemu teman lama,
sekalian buka puasa bersama gimana?
atau bertanya ke yang duduk di sebelahnya,
nanti anaknya sd tetap di sini atau pindah?
atau diam saja karena tak banyak kenal dengan yang lain.

lalu kepala sekolah memberi sambutan tanda dimulainya acara.
dan anak-anak bergiliran tampil di panggung,
menyanyi, menari, menabuh genderang,
memakai kostum binatang yang menggemaskan.
oh, begitu pintarnya mereka.
begitu kecil, juga begitu cepat besar.
entah apa lagi yang akan bisa mereka lakukan nanti.

lalu tiba saatnya para orang tua antri di depan kelas
untuk menerima laporan perkembangan anak-anak mereka di tahun ajaran yang baru lewat,
sementara anak-anak lompat-lompat berlarian,
bergantian naik ayunan atau bergelantungan di flying fox yang sudah karatan.
atau duduk berdua-dua bertiga-tiga
mendandani wajah boneka, memencet jerawat atau mengusir kuman yang terselip di gigi sapi
sambil memandangi layar tablet yang bersinar-sinar seperti mercusuar.
ini mungkin yang namanya bermain sambil berlatih keterampilan untuk bertahan hidup di kemudian hari.

di hari yang begitu riuh rendah,
hari yang penuh harapan akan masa depan yang cerah,
apakah masih ada yang bisa membaca ketakutan,
keraguan,
ketidaktahuan,
yang hati-hati disembunyikan
di dalam kotak berdebu,
dilipat-lipat di pojok lemari tua,
terselip di sarung bantal,
ditinggal,
agar lekas dilupakan,
di rumah yang dijaga pembantu,
mulutnya terbuka di atas sofa?